Pedagang daging ayam di Pasar Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ribut soal selisih harga. Begini penjelasan paguyuban pedagang.
Keributan terjadi pada Selasa (11/3) kemarin di salah satu lapak daging ayam yang ada di belakang Pasar Wates. Sejumlah pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Ayam Pasar Wates menggeruduk lapak tersebut.
"Aksi dari pedagang ayam Pasar Wates yang mengeluh karena ada harga yang di bawah standar normal," kata Ketua Paguyuban Pedagang Ayam Pasar Wates, Zidni Rohmah kepada wartawan di lokasi, Selasa (11/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan di lokasi, para pedagang yang didominasi ibu-ibu terlihat meluapkan kekesalannya kepada Tri Wahyudi, pemilik lapak. Ini karena warga Pleret, Bantul itu menjajakan daging ayam dengan harga di bawah standar Pasar Wates.
"Standar normal hari ini Rp 34.000 sampai Rp 35.000, ini ada yang jual Rp 28.000. Nah ini jadi pertanyaan juga," ujar Zidni.
Perdebatan pun tak terelakkan hingga memancing perhatian warga sekitar, bahkan berujung pengusiran terhadap Tri. Tak lama, sejumlah personel kepolisian datang ke lokasi untuk meredakan suasana agar tidak memanas.
Pedagang, lanjut Zidni, sudah memperingatkan Tri agar mengikuti harga yang sama dengan pedagang lain. Pihaknya juga telah melapor ke dinas terkait.
"Terus kami dari paguyuban juga sudah melaporkan ke dinas, tapi dinas juga nggak bisa bertindak apa-apa. Terus kami juga sepakat untuk mengklarifikasi di sini, memang betul ada pedagang yang jual segitu, itu sudah kita peringatkan, sudah kita beri toleransi beberapa hari supaya harga disamakan. Ternyata itu tidak. Malah ngorong-orong untuk membeli di tempat yang murah," ujarnya.
"Terus kami sepakat melarang orang luar, kan ini orang Bantul mas, jadi merusak distribusi harga pasar di Wates," imbuhnya.
Zidni mengatakan praktik menjual di bawah harga pasaran membuat pedagang daging ayam di Pasar Wates merugi. Menurutnya terjadi penurunan omzet hingga 60 persen sejak kehadiran Tri, dua pekan belakangan.
"Penurunan omzet sekitar 50-60 persen. Jadi sangat terasa sekali dampaknya. Apalagi kami yang di Pasar Wates ini kan modelnya setoran, jadi harus menyesuaikan juga. Nah yang dipertanyakan kok bisa harga segitu. Itu bagaimana, ini jadi timbul pertanyaan. Kami sudah menghubungi level atas kami, itu tidak bisa harga semurah itu," ucapnya.
Konfirmasi Pedagang
Sementara itu, Tri Wahyudi menyebut jika dirinya menjual dengan harga kisaran Rp 30.000 hingga Rp 32.000 per kilogram. Menurutnya selisih harga ini merupakan hal yang lumrah.
"Harga ya Rp 30.000 hingga Rp 32.000 per kilogram. Ambilnya langsung dari juragan, jadi saya di sini cuma karyawan. Saya tahunya menjual. Menurut saya persaingan harga boleh, kenapa yang di sana nggak bisa turun. Kan di sini jual harga segini sudah untung," ujar Tri.
Tri mengatakan daging ayam ini diperolehnya dari wilayah Bantul. Harga di Bantul diklaim Tri berada di kisaran Rp 32.000 per kilogram atau lebih murah dari pasaran Kulon Progo.
"Memang di Bantul Rp 30.000 sampai Rp 32.000, bisa dicek sendiri," ucapnya.
Dengan harga segitu, Tri mengaku, sanggup menjual habis sedikitnya 50 ekor ayam potong per harinya.
"Bawa 50 ekor, dan biasanya habis," ujarnya.
Tri pun mengaku heran dengan adanya aksi ini. Sebab Tri juga punya lapak di wilayah Jombokan, Tawangsari, Pengasih, yang kini masih beroperasi tanpa adanya penolakan dari pedagang lain.
"Satu lagi di Jombokan, di sana nggak ada penolakan. Sedangkan di sini baru 2 mingguan," ujarnya.
Atas kejadian ini, Tri memutuskan untuk membawa seluruh dagangannya dan memilih pindah ke lokasi lain.
(rih/apl)
Komentar Terbanyak
Respons Roy Suryo Dilaporkan Jokowi hingga Relawan
Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis Sejumlah Sekolah di Jogja Berhenti
Klarifikasi Bibit Terlapor Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon Bantul