·ÉËÙÖ±²¥

Cara Menanam Jahe di Rumah yang Baik dan Benar agar Bisa Panen

Cara Menanam Jahe di Rumah yang Baik dan Benar agar Bisa Panen

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 11 Mei 2025 14:08 WIB
Ilustrasi jahe
Ilustrasi jahe. Foto: Freepik
Jogja -

Ternyata lahan yang ada di rumah bisa kita manfaatkan untuk bercocok tanam. Salah satunya dengan menanam jahe sendiri di rumah yang dapat memberikan keuntungan. Lantas, bagaimana ya cara menanam jahe di rumah?

Seperti yang diketahui, jahe dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. Tanaman rimpang yang satu ini bisa kita manfaatkan untuk dikonsumsi bersama keluarga. Tidak hanya itu saja, kita juga bisa menjualnya jika jumlah panen yang dihasilkan nantinya cukup banyak.

Nah, bagi detikers yang penasaran ingin mengetahui cara menanam jahe di rumah, di dalam artikel ini akan kita ulas secara lengkap. Mulai dari berbagai macam bibit jahe hingga prosesnya sampai bisa dipanen. Simak penjelasannya berikut ini, yuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Beragam Jenis Bibit Jahe

Sebelum mengetahui caranya, terlebih dahulu mari mengenal berbagai bibit jahe yang bisa dipertimbangkan untuk ditanam. Dikutip dari situs Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lima Puluh Kota, setidaknya ada tiga jenis jahe yang banyak dibudidayakan di Indonesia.

Ketiga jenis tersebut di antaranya ada jahe gajah atau jahe putih besar, jahe emprit atau jahe putih kecil, dan jahe merah. Masih merujuk dari sumber yang sama, ciri-ciri dari ketiga jenis jahe tersebut adalah sebagai berikut.

ADVERTISEMENT

1. Jahe Gajah

Pertama, ada jahe gajah atau jahe putih besar memiliki rimpang maupun umbi yang besar. Jahe ini memiliki ciri-ciri berupa warnanya putih kekuning-kuningan dengan aroma yang tajam. Kemudian daun dan batang dari jahe jenis ini berwarna hijau muda.

Jahe gajah memiliki diameter sekitar 8-8,5 cm. Lalu tinggi rimpangnya 6-11,3 cm dan panjangnya 15-32 cm. Jenis jahe yang satu ini juga mengandung minyak atsiri yang berada pada kadar sekitar 0,8-2,8%.

2. Jahe Emprit

Selanjutnya, ada jahe emprit atau jahe putih kecil yang memiliki rimpang kecil dan berlapis-lapis. Aroma jahe emprit juga cukup tajam. Seperti namanya, jahe emprit atau jahe putih kecil memiliki warna yang putih kekuning-kuningan. Serupa dengan jahe gajah, jahe emprit batang dan daunnya berwarna hijau muda.

Adapun diameter jahe emprit sekitar 3-4 cm dengan tinggi rimpang 6-11 cm. Kemudian panjang jenis jahe ini berkisar 6-32 cm. Terdapat kandungan minyak atsiri pada jahe emprit yang berada pada kadar sekitar 1,5-3,5%.

3. Jahe Merah

Jenis jahe yang cukup populer di Indonesia lainnya adalah jahe merah. Seperti namanya, jahe merah memiliki tampilan yang berbeda dibandingkan jahe pada umumnya. Jahe yang satu ini berciri khas kulit dengan warna merah.

Jahe merah memiliki aroma yang sangat tajam. Rimpangnya kecil dan berlapis dengan warna antara jingga muda hingga merah. Warna daun hijau muda, sedangkan batangnya hijau kemerahan.

Secara umum, ukuran jahe merah memiliki diameter 4-4,5 cm. Kemudian tinggi jahe merah berkisar 5-11 cm dengan panjangnya antara 12-13 cm. Berbeda dengan kedua jenis jahe sebelumnya, kadar minyak atsiri dari jahe merah cukup tinggi, yaitu berkisar 2,8-3,9%.

Cara Menanam Jahe

Cara menanam jahe harus melalui sejumlah proses. Mulai dari pemilihan bibit, penyemaian, penanaman, hingga panen. Jika ingin menanam di rumah, ada beragam media tanam yang bisa dipilih. Sebut saja pot, polybag, atau langsung menanam di tanah.

Dirangkum dari publikasi 'SOP Budidaya Jahe dari Kementerian Pertanian' terbitan Kementerian Pertanian RI dan situs Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian, proses menanam jahe adalah sebagai berikut.

1. Pemilihan Lokasi

Pertama, yang perlu diperhatikan sebelum memulai proses menanam jahe adalah memilih lokasi yang tepat. Langkah ini perlu dilakukan dengan menyesuaikan jenis jahe yang ingin ditanam. Misalnya saja jahe emprit yang bisa ditanam di ketinggian 200-1000 mdpl, jahe gajah pada 400-800 mdpl, dan jahe merah di area ketinggian 200-600 mdpl.

Terdapat juga curah hujan tahunan yang perlu dipertimbangkan. Biasanya curah hujan yang mendukung untuk penanaman jahe antara 1.500-3.000 mm dengan suhu udara mencapai 25-37°C atau berada di kelembaban sedang.

Tak hanya itu, memperhatikan struktur tanah yang digunakan juga tidak kalah penting untuk dilakukan. Tanah yang digunakan harus subur, gembur, dan banyak mengandung humus. Kemudian tekstur tanah yang bisa dipakai adalah jenis berpasir, liat berpasir, maupun tanah laterit.

2. Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit akan mempengaruhi hasil panen. Pilihlah rimpang jahe yang segar, besar, berkualitas baik, dan banyak memiliki mata tunas dengan usia rata-rata 10 bulan. Pastikan pula tidak ada gejala penyakit layu, lalat rimpang, atau kutu tempurung.

Rimpang yang baik menunjukkan ciri-ciri memiliki berat antara 20-40 gr untuk jahe merah atau emprit dan 20-60 gr khusus jahe gajah. Setiap rimpang setidaknya memiliki 2-3 mata tunas.

3. Penyemaian Benih

Sebelum menanam, bibit harus disemai atau dikecambahkan dahulu. Langkah ini perlu dilakukan agar mendapatkan pertumbuhan yang seragam. Proses penyemaian benih berlangsung antara 2-4 minggu.

Media penyemaian yang digunakan bisa berupa jerami atau sekam dengan ketebalan masing-masing 5 cm dalam 4 lapis. Lalu ketinggian media tanam ini berkisar antara 20-25 cm. Kelembapannya media penyemaian juga penting untuk diperhatikan.

Cara agar kelempaban media penyemaian tetap terjaga bisa dilakukan dengan menyemprot air 1-2 kali tiap minggu. Sebaliknya, jangan disiram terlalu sering.

Pastikan untuk menggunakan rimpang yang sehat dan sudah dijemur ulang sekitar setengah hingga satu hari. Lakukan pula pencelupan rimpang ke dalam larutan desinfektan dan zat pengatur tumbuh. Gunakan abu dapur atau sekam padi di bagian atas media tersebut.

4. Penyiapan Lahan

Jika menggunakan pot, gunakanlah dengan ukuran diameter kurang lebih 40 cm. Ada baiknya menggunakan media tanam dengan campuran sekam, kompos, pupuk kandang, dan tanah dengan perbandingan 2:1:1:2.

Pastikan untuk membersihkan tanah dari bebatuan, gulma, dan sisa-sisa tanaman lain. Jika menanamnya secara langsung di atas tanah, usahakan untuk melakukan pengolahan tanah menggunakan traktor atau cangkul sampai kedalaman 30 cm.

Buat lubang tanam dengan kedalaman 25-30 cm dan jarak tanam sekitar 30x60 cm. Beri pupuk organik atau pupuk kandang yang matang dengan jumlah sekitar 0,5 kg per lubang.

5. Penanaman Rimpang

Pada proses penanaman rimpang sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Lakukan penanaman bibit pada kedalaman sekitar 15 cm. Letakkan benih dengan hati-hati, pastikan dalam posisi rebah dan tunas menghadap ke atas. Kemudian padatkan tanah di sekitarnya.

6. Pemupukan

Pupuk diperlukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Gunakan pupuk organik yang bermutu baik. Adapun ciri pupuk bermutu baik dapat dilihat pada aromanya yang tidak terlalu menyengat. Kemudian tekstur pupuk juga cenderung berwujud remah.

Pupuk yang bermutu baik biasanya tidak membawa gulma maupun hama penyakit saat digunakan nantinya. Dengan diberikannya pupuk organik ini diharapkan dapat memenuhi unsur hara atau nutrisi bagi tanaman, agar dapat tumbuh lebih optimal.

7. Pemeliharaan

Setelah proses pemupukan berlangsung, tanaman tetap harus dipelihara agar tumbuh secara optimal. Pastikan tanaman bebas dari gulma dan pertumbuhannya seragam.

Lakukan proses penyiraman tanaman sebanyak 2 kali sehari atau bisa disesuaikan dengan iklim. Langkah ini dilakukan agar menjaga media tanam tidak dalam kondisi kering. Lakukan penyiangan sekitar 2-3 minggu setelah jahe ditanam. Untuk mengendalikan hama dan penyakit, detikers dapat melakukan penyemprotan pestisida secara berkala.

8. Panen

Saat tanaman jahe telah tumbuh dengan baik dan optimal, saatnya untuk memanen. Panen untuk keperluan konsumsi dapat dilakukan pada saat rimpang berusia 6-10 bulan. Lain halnya dengan panen untuk bibit yang bisa dilakukan saat rimpang berusia minimal 8 bulan.

Tanda rimpang sudah siap panen antara lain warna daun menguning dan batang semua mengering. Biasanya rimpang jahe yang siap panen juga menunjukkan ciri-ciri berupa kulit rimpang kencang, tidak mudah terkelupas, jika dipatahkan berserat, dan aromanya menyengat. Warna rimpang siap panen juga lebih mengkilap dan terlihat bernas.

9. Pascapanen

Setelah jahe dipanen, lakukan pencucian atau pembersihan. Langkah ini perlu dilakukan untuk menghilangkan kotoran, tanah, dan mikroorganisme yang tidak diinginkan yang mungkin masih menempel pada jahe. Setelah itu, jahe bisa dikeringkan, dikemas, lalu disimpan.

Itulah tadi proses atau cara menanam jahe di rumah yang baik dan benar agar bisa panen. Selamat mencoba!




(par/par)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikFood
detikNews
detikFinance
detikOto
detikTravel
detikHealth
Sepakbola
detikHot
Hide Ads