M Irwan seakan disambar petir di siang bolong ketika diberhentikan sepihak oleh bos nya setelah 8 tahun lebih bekerja. Apalagi saat itu istrinya tengah hamil.
Bingung, marah, serta emosi dirasakan Irwan kala itu. Keputusan sang bos memberhentikannya membuat Irwan bertanya apakah dia punya kesalahan hingga tak bisa dimaafkan.
Kala itu dia merasa tak ada yang salah dengan pekerjaannya. Semua yang diminta sang bos dikerjakan dengan baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh sebab itu rasa penasaran terus hadir di pikiran Irwan. Pertanyaan itu pun langsung dilontarkan Irwan ke pada sang bos tapi jawaban tak diterimanya.
Momen itu terekam jelas di pikiran Irwan ketika bercerita tentang awal mula membangun usaha Irjie Kaligrafi dan Lukisan.
"Mulai usaha ini 13 tahun lalu, 2011. Saya merintis dulu, awalnya kerja sama orang buat begini (kaligrafi). Tiba-tiba dia tak mau pakai saya lagi,
sempat tanya apa masalah saya sampai dipecat, saya (kerja) sama dia 8 tahun di sana," katanya kepada ֱsaat ditemui di tempat usahanya, Jalan Adi Sucipto, Medan, Senin 22 April 2024 lalu.
Belakangan Irwan tahu alasan sang bos melakukan itu karena ingin melihatnya mandiri. Sehingga diputuskan untuk memberhentikan Irwan. "Rupanya dia (bos) mau saya mandiri, maju. Tapi dia nggak mau ngomong, rupanya dia segan," katanya.
Jawaban itu diterima Irwan berselang beberapa tahun kemudian dari orang dekat sang bos. "(Di sana) saya bergaji waktu itu kerja sama Rp 1,2 juta per minggu, minimal Rp 800 ribu. Setelah keluar dari situ, saya merintis bisnis ini sendiri," ungkapnya.
Awal mula mendirikan usaha sendiri diakui Irwan tidak mudah, sejumlah hambatan ditemuinya terutama soal permodalan. Waktu itu Irwan meminta uang tabungan yang ada disimpan oleh istrinya.
"Setelah berhenti saya langsung produksi sendiri, waktu itu orang rumah (istri) lagi hamil besar. Saya buka waktu itu 2 minggu puasa," katanya.
![]() |
"Sekitar Rp 11 juta modal awal buka sendiri. Itulah saya beli peralatan, bahan dan yang lain. Buka pertama kali itu saya bawa 15 pcs kaligrafi ukuran sedang. Barangnya itu digantung di depan (Jalan Adi Sucipto). Sebelum ada tempat begini, saya di depan aja, di pinggir jalan," lanjutnya.
Ketika memulai bisnis kaligrafi sendiri, Bandara Polonia Medan masih beroperasi. Sehingga banyak orang dari luar kota yang melintasi Jalan Adi Sucipto.
Sepekan setelah menjalankan bisnis sendiri barangnya pun terjual, tidak hanya itu pesanan juga datang. Salat tarawih secara berjamaah di masjid tak bisa dijalani Irwan karena banyaknya pekerjaan.
"Dulu bandara masih di sini, jadi banyak yang lewat. Kalau orang dari luar kota pesan lebih dari satu. Orang berhenti nanyak, masuk minggu ketiga tarawih saya tinggalkan, banyak permintaan. Mulai itu juga ada satu orang yang bantu," katanya.
Jual Cincin Nikah Bayar Sewa Tahan Buat Kios dan Bengkel
Berjualan di pinggir jalan banyak duka yang dirasakan Irwan terutama ketika hujan turun. Dia sibuk melindungi barangnya agar tidak terkena air hujan.
Pernah suatu ketika barangnya terpaksa ditinggal di pinggir jalan dalam kondisi tertutup terpal hingga pukul 9 malam. Untuk mengangkat barangnya pun tidak mudah karena menggunakan sepeda motor.
Kemudian Irwan berfikir untuk menyewa tanah kosong yang berada persis di depan lokasinya berjualan. Setelah ditanya dengan pemilik lahan, biaya sewa tanah Rp 4 juta per tahun.
Namun, Irwan tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar sewa tanah. Dia pun berdiskusi dengan sang istri dan mereka sepakat menjual cincin nikah.
"Jual cincin nikah, kan beratnya 11 gram emas london, kecilkan aja jadi 5 gram. Nyewa lah di sini, bisa kerja di sini, produksi dan simpan barang jadi tak perlu dilangsir ke mana-mana lagi. Sekarang Rp 6 juta biaya sewanya per tahun," ungkapnya.
*Pasarkan Secara Online dan Harga Bersaing*
Irwan tidak hanya menjual barang nya di kios tapi ikut juga memasarkan di aplikasi belanja online. Sering kali dia mendapat orderan melalui aplikasi belanja online dari luar kota.
Dalam menarik minat pembeli dia pun tidak ingin menjual hasil karyanya dengan mahal. Bukan hanya itu ketika ada yang membeli dua pcs maka akan diberinya harga grosir. "Di aplikasi online ada, tapi ukuran yang kecil-kecil," katanya.
Ajukan KUR ke BRI untuk Tambahan Modal
Seiring dengan bertambah jumlah orderan, Irwan terkendala modal. Suatu ketika dia disarankan untuk mengajukan KUR ke BRI.
"KUR pertama Rp 25 juta, naik 30 juta, karena kebutuhan mendesak sudah jalan itu 2 tahun, saya ambil lagi Rp 60 juta. Pinjaman untuk tambahan modal, beli barang," katanya.
Dia tidak mau menggunakan KUR untuk kebutuhan rumah tangga atau konsumtif lain. Karena itu ketika KUR cair, dia langsung membelanjakan uang tersebut membeli barang. "KUR itu diambil langsung dibelikan barang," ucapnya.
Dengan banyaknya barang yang tersedia membuat Irwan lebih leluasa menghasilkan kaligrafi. Dia juga berinovasi menghasilkan barang lain.
"Ada kotak tisu dan asbak. Pernah waktu itu Pak Runtung Sitepu sewaktu masih jadi Rektor USU pesan untuk souvenir pernikahan anaknya 1.000 pcs, itu kerjanya lumayan lembur juga," tuturnya.
Bercerita penghasilan dari usaha yang dijalani lebih dari 11 tahun, Irwan merasa cukup. Rezeki yang diterimanya dari Allah SWT lebih dari cukup. "Alhamdulillah bisa bayar cicilan KPR rumah, bisa bayar anak sekolah, bisa untuk kebutuhan keluarga," tutupnya.
BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.
"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.
Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.
Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.
Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.
(astj/astj)