Kinerja ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) sepanjang 2024 tumbuh 5,30 persen, melebihi target sebesar 5 persen. Pertumbuhan ini meningkat signifikan dibandingkan dengan 2023 yang hanya tumbuh di level 1,80 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin mengatakan pertumbuhan ekonomi 2024 terjadi pada seluruh lapangan usaha. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah pertambangan dan penggalian sebesar 11,66 persen, diikuti pengadaan listrik dan gas 9,08 persen, serta penyediaan akomodasi dan makan minum 8,37 persen. Administrasi pemerintahan juga tumbuh 6,56 persen.
"Ini naik cukup signifikan dibandingkan di 2023," kata Wahyudin seusai rilis data di kantor BPS NTB, Rabu (5/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lapangan usaha lain yang turut mengalami pertumbuhan adalah jasa kesehatan 6,19 persen, perdagangan besar dan eceran 5,87 persen, jasa keuangan dan asuransi 5,72 persen, jasa perusahaan 5,24 persen, serta jasa lainnya yang tumbuh 4,81 persen.
Wahyudin mengungkap faktor pendorong ekonomi NTB melaju pada 2024. Menurut Wahyudin, perekonomian NTB pada 2023 dengan sektor tambang hanya mencapai 1,8 persen.
Hal ini disebabkan oleh minimnya ekspor dan produksi tambang pada 2023 yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi saat itu.
"Jadi menurunnya produksi maka menurunkan pertumbuhan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi kita di 2023 hanya 1,8 persen. Namun tanpa tambang, pertumbuhan ekonomi NTB ada di angka 4,98 persen," ucap Wahyudin.
Namun, meski bertumbuh, perekonomian NTB tanpa sektor tambang di 2024 mengalami penurunan. Wahyudin menilai pemerintah daerah perlu mendorong sektor lain seperti pertanian, perdagangan, industri, hingga konstruksi agar pertumbuhan lebih merata.
"Ini perlu kita push, makanya sudah kami sarankan untuk melirik sentra industri, dibikinkan kawasan sentral industri supaya lebih terarah pembinaan juga pemasarannya," jelasnya.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian 11,66 persen, diikuti pengadaan listrik dan gas 9,08 persen, serta penyediaan akomodasi dan makan minum 8,37 persen. Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib juga tumbuh 6,56 persen.
Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan, yang memiliki share terbesar dalam perekonomian NTB, tumbuh sebesar 1,54 persen. Sedangkan sektor konstruksi, yang memiliki share tertinggi keempat, tumbuh 2,93 persen.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 11,26 persen. Komponen ekspor barang dan jasa tumbuh 5,77 persen, sementara pengeluaran konsumsi pemerintah naik 5,17 persen.
"Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 4,45 persen, dan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 3,11 persen," imbuh Wahyudin.
Pada 2025, ekonomi NTB ditargetkan tumbuh 7 persen, meningkat dari target sebelumnya sebesar 5 persen. Kepala Biro Perekonomian Setda NTB Wirajaya Kusuma mengatakan pencapaian target tersebut memerlukan kerja lebih keras.
"Kalau kita melihat item berpengaruh, ini harus kita perhatikan, ternyata share pertanian, pertambangan, perdagangan mendominasi," katanya saat diwawancarai di Kantor BPS NTB, Rabu (5/2/2025).
Menurut Wirajaya, kualitas dan kuantitas produksi di masing-masing sektor utama perlu ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi lebih optimal.
"Karena kita lihat item lainnya seperti listrik dan gas, lumayan pertumbuhannya 16,29 persen tapi share-nya sangat kecil 0,09 persen. Sehingga tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara kumulatif, dan ini perlu jadi perhatian kita semua," tandasnya.
(dpw/dpw)