·ÉËÙÖ±²¥

Semangat Warga Antapani Bandung Kelola Sampah Sendiri

Semangat Warga Antapani Bandung Kelola Sampah Sendiri

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Rabu, 07 Jun 2023 16:30 WIB
Ilustrasi Sampah Belanja Online
Ilustrasi zero waste (Foto: Dok. Shutterstock)
Bandung -

Sampah masih jadi masalah tahunan yang sulit terurai di Kota Bandung. Menurut data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, setiap hari ada 1.500 ton yang dihasilkan penduduk kota Bandung, artinya setiap orang memproduksi sampah seberat 0,6 kg.

Beberapa waktu lalu, karena cuaca dan pasokan sampah yang terlalu besar di hari libur membuat TPA Sarimukti sempat ditutup. Sampah pun mandeg di beberapa TPS.

Guna mencegah hal tersebut terjadi lagi, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung pun getol mensosialisasikan lagi Kang Pisman (kurangi, pisahkan, dan manfaatkan sampah).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemkot yakin dengan cara pengelolaan sampah di rumah ini mampu meminimalisir timbunan sampah. Meskipun tak mudah menerapkan kebiasaan baru ini, beberapa Kelurahan di Kota Bandung sudah mampu menjalaninya.

Salah satunya di RW 19 Kelurahan Antapani Tengah Kecamatan Antapani Kota Bandung. Sudah sekitar 90 persen sampah mampu diolah mandiri atau menerapkan Kang Pisman.

ADVERTISEMENT

Hasil olahan sampah organik berupa kompos kemudian dijadikan sebagai pupuk untuk perkebunan mini di RW 19, sehingga terbentuklah organisasi Jasmine Integrated Farming.

"Jasmine Integrated Farming sudah berjalan sejak tahun 2019. Awalnya kita edukasi dan sosialisasi. Kita berkeliling, bagaimana caranya untuk memilah sampah. Saat ini 10 persen residu masih buang ke TPS. 90 persen mengolah di sini," kata Ketua RW 19, Doddy Iryana Memed pada kegiatan Bandung Menjawab, Rabu Juni 2023.

Ia mengungkapkan, dengan warga sebanyak 1.000 orang dari 251 keluarga, timbunan sampah yang dihasilkan RW 19 yakni sekitar 3.200 kg organik dan 100-150 kg anorganik.

Nyaris seluruh sampah tersebut diolah. Hal itu diungkapkan Sekretaris Jasmine Integrated Farming Anindya Puspitasari. Ia menyampaikan masing-masing RT disediakan dua buah tempat pemilahan beruoa troli. Hal itu untuk meminimalisir tercampurnya sampah.

"Masing-masing RT simpan dua troli yakni anorganik dan organik, kemudian warga drop sampah yang sudah dipilah. Kalau sudah penuh, ditarik rata-rata penuhnya dua hari sekali. Nantinya hasil olahan sampah organik untuk budidaya magot dan pupuk organik cair, sementara yang anorganik dipilah untuk ke bank sampah induk," kata Anindya.

Ia menjelaskan, sampah residu seperti sachet minuman dan makanan disulap oleh warga setempat menjadi ecobrick, atau botol minuman yang diisi potongan sampah kemasan dengan minimal berat 250 gram. Ecobrick nantinya dapat dimanfaatkan menjadi kursi, meja, hingga gapura.

"Kalau sampah organik dijadikan pakan magot, magotnya untuk pakan lele. Kami juga budidaya lele. Sementara komposnya dimanfaatkan untuk tanaman seperti obat-obatan dan sayuran, hasil panennya kita distribusikan untuk pencegahan program stunting balita disini," kata dia.

Sementara itu, Lurah Antapani Tengah, Teguh Haris Pathon menerangkan, wilayahnya memang sudah menerapkan program unggulan Kang Pisman dengan gerakan turunannya sendiri.

"Kita punya gerakan Abdi Milah Sampah Ti Bumi (Abah Timi). Dengan membagi dua ember sampah, supaya warga masyarakat bisa memilah sampahnya secara mandiri di rumahnya, menggunakan dana PIPPK yang ada di setiap RW. Kemudian kita lakukan edukasi, kita ada kader Kang Pisman di setiap RW setelah kita roadshow ke 24 RW," kata Teguh.

Ia mengakui memang wilayahnya belum semua warga mau melakukannya. Baru RW 19 yang sudah mandiri. Ia pun sedang fokus mendorong RW lainnya seperti RW 1-5 dan RW 12 untuk pengelolaan sampah. Menurutnya, memang yang jadi kendala utama selain lahan adalah semangatnya.

"Kendalanya lahan, kalau RW 19 ada lahan dan ada semangatnya juga. Ini kan kebanyakan dikelola ibu-ibu. Kalau RW lain kebanyakan maunya mengelola sampah anorganiknya saja," ucapnya.

(aau/yum)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikHot
detikFood
detikInet
detikFinance
detikTravel
detikOto
Sepakbola
detikHealth

Hide Ads