Hingga akhir bulan Oktober bencana kekeringan masih terjadi di 27 kabupaten/kota di Jawa Timur, dengan kondisi terparah terjadi di Bojonegoro. BPBD terus menggelontorkan bantuan air bersih.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur Gatot Soebroto, mengatakan dari 38 kabupaten/kota, 27 di antaranya telah mengeluarkan setatus darurat bencana kekeringan. Kondisi masing-masing wilayah yang tedampak bervariasi, mulai puluhan hingga ratusan desa.
"Untuk wilayah paling parah pastinya di Kabupaten Bojonegoro karena kurang lebih ada 105 titik," kata Gatot Soebroto, saat mendistribusikan air bersih di Desa Sumberejo, Kecamatan Durenan, Trenggalek, Rabu (30/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun wilayah yang mengalami krisis air lebih dari separuh Jawa Timur, pihaknya mengklaim kondisinya masih terkendali dan dapat teratasi oleh bantuan air bersih dari pemerintah maupun pihak lain.
"Yang terjadi hingga hari ini kekeringan di Jawa Timur tidak separah tahun lalu. Jadi untuk kebutuhan yang di support pasti tidak sebanyak tahun lalu," jelasnya.
Untuk menanggulangi dampak krisis air, BPBD kabupaten/kota telah menggelontorkan bantuan air bersih ke masing-masing wilayah yang terdampak. Upaya tersebut akan dilakukan hingga kekeringan selesai.
"Untuk mendukung distribusi air bersih, kami juga memberikan berupa tandon, lalu ada tandon lipat juga jeriken dan menyiapkan bantuan berupa terpal," jelasnya.
Gatot menambahkan hingga saat ini beberapa wilayah Jawa Timur mulai turun hujan, bahkan ada yang mengalami bencana hidrometeorologi berupa angin kencang, longsor dan banjir. Namun kondisi itu belum belum berdampak langsung terhadap wilayah yang terdampak kekeringan.
Pasokan air di sumur milik warga masih minim dan belum mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari warga. Sehingga gelontoran bantuan air masih terus dilakukan.
"Seperti hari ini kami dropping air bersih di Desa Sumberejo, Kecamatan Durenan sebanyak 20 ribu liter," jelas Gatot.
Dikatakan sesuai ramalan cuaca BMKG, musim hujan akan mulai datang pada bulan November. Harapannya pasokan air akan melimpah dan bisa dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Namun saat musim hujan tiba perlu kewaspadaan. Kami berharap dengan adanya pancaroba ini masyarakat langsung paham khususnya wilayah-wilayah yang berpotensi angin puting beliung, lalu tanah longsor juga banjir. Karena sewaktu-waktu hujan bisa datang bisa mengakibatkan beberapa kejadian bencana," imbuhnya.
Sementara itu Kepala BPBD Trenggalek Stefanus Triadi Atmono, mengatakan sampai hari ini jumlah desa yang terdampak kekeringan telah mencapai 70 desa. Sedangkan wilayah paling parah berada di Kecamatan Panggul.
"Kalau untuk Trenggalek, dibandingkan tahun lalu ya lebih parah tahun ini," kata S Triadi Atmono.
(abq/iwd)