Produk mebel, furniture dan kerajinan buatan Indonesia punya daya saing kuat untuk bersaing di pasar internasional. Industri ini diyakini punya potensi besar menjadi produk unggulan Indonesia di masa mendatang.
Alasannya, produk furniture Indonesia didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah yang berada di dalam negeri. Selain itu, sumber daya manusia yang kompeten dan pasar yang terbuka luas juga menjadi faktor penentu.
"Industri mebel dan kerajinan adalah salah satu sektor prioritas yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global. Industri ini juga menjadi penggerak ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja serta kontribusi terhadap devisa negara. Apalagi, kita memiliki bahan baku yang cukup beragam, mulai dari kayu, rotan, bambu, hingga serat alam lainnya," ujar Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia, Abdul Sobur dalam keterangannya, Rabu (19/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sobur mengatakan, produk furniture dan kerajinan Indonesia punya ciri khas yang kuat dan berbahan baku alami, sehingga menjadikan produk tersebut tetap menjadi unggulan di pasar lokal maupun internasional. Meski kondisi perekonomian dunia belum sepenuhnya pulih akibat dinamika geopolitik, permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan tetap tumbuh. Saat ini, China masih menjadi eksportir utama mebel dunia, disusul Vietnam.
Berdasarkan data Expert Market Research, nilai pasar furnitur global pada 2024 tercatat sebesar USD 660 miliar dan diproyeksikan tumbuh 4,9% per tahun dalam periode 2025-2034.
"Ekspor produk mebel dan kerajinan nasional memang mengalami perlambatan, tetapi kami optimis pertumbuhannya akan kembali meningkat. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah melalui pameran IFEX pada Maret 2025, yang kami harapkan dapat membantu menahan penurunan ekspor pada kuartal berikutnya," kata Sobur.
Sobur menambahkan, pasar ekspor masih terbuka lebar. Terutama ada peningkatan pembangunan di sejumlah negara tujuan sehingga mendorong permintaan produk dari Indonesia. Saat ini, Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi tujuan utama ekspor furniture. Himki kini tengah menggenjot pasar ekspor di kawasan Timur Tengah, India dan Asia.
"Kami optimis industri furnitur nasional akan terus tumbuh, dengan target ekspor mencapai USD 6 miliar pada tahun 2030," tegasnya.
Dalam sambutan pembukaan Rakernas HIMKI 2025 yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi HIMKI atas kontribusinya dalam mendorong industri furnitur nasional. HIMKI dinilai terus bersinergi dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai target ekspor dan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Agus menegaskan bahwa hilirisasi industri hasil hutan merupakan langkah strategis yang sejalan dengan UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Hilirisasi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk, memperkuat struktur industri, menciptakan lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan pada impor.
"Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Januari 2025 mencapai 53,10, menunjukkan bahwa industri sedang berada dalam fase ekspansi. Kondisi ini harus dimanfaatkan oleh para pelaku industri untuk semakin meningkatkan daya saing," jelasnya.
Saat ini, tren furnitur global mengarah pada penggunaan material ramah lingkungan, integrasi dengan teknologi pintar, desain multifungsi, dan kustomisasi. Teknologi seperti Augmented Reality (AR) semakin banyak digunakan untuk mempermudah belanja furnitur secara daring, sementara 3D printing membantu menekan biaya produksi.
Namun, industri furnitur Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya: pertama, hambatan logistik ekspor akibat kondisi geopolitik. Kedua, kebijakan lingkungan di negara tujuan ekspor, seperti regulasi EUDR di Uni Eropa. Ketiga, meningkatnya impor furnitur, terutama berbahan logam dan plastik.
5 Strategi Genjot Industri Furniture
Untuk menjawab tantangan ini, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan lima strategi utama: pertama, memastikan ketersediaan bahan baku dengan membangun rantai pasok yang lebih efisien. Kedua, menyediakan SDM terampil melalui Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal. Ketiga, memperluas pasar dengan mendorong partisipasi industri dalam pameran internasional dan ekspansi ke pasar non-tradisional.
Keempat, meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, termasuk melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan. Kelima, menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk menarik investasi. Keenam, sebagai bagian dari strategi peningkatan pasar, Kementerian Perindustrian telah memfasilitasi enam perusahaan furnitur dalam pameran Index Plus New Delhi, India, pada 2024. Respons pasar India terhadap produk furnitur Indonesia sangat positif, menunjukkan potensi ekspor yang besar ke negara tersebut. Selain itu, pemerintah juga mendorong penggunaan produk ber-TKDN dalam belanja APBN untuk memperkuat pasar domestik.
Dalam hal peningkatan produktivitas dan efisiensi, program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Pengolahan Kayu yang dimulai sejak 2022 terus berjalan. Hingga kini, 33 perusahaan telah menerima fasilitas ini dengan total nilai reimburse sebesar Rp 20,6 miliar. Pemerintah juga terus mendukung pengembangan desain furnitur melalui kolaborasi antara desainer dan pelaku industri.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha, industri furnitur dan kerajinan Indonesia diharapkan semakin berkembang dan berdaya saing di pasar global.
(zlf/zlf)