Iman sebagai landasan utama dalam Islam, tidak hanya terletak dalam hati, tetapi juga tercermin melalui perilaku sehari-hari.
Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW memiliki pandangan yang lebih mendalam mengenai iman.
Lantas, menurut Ali bin Abi Thalib, bagaimana iman itu terlihat? Temukan jawabannya dalam artikel berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ciri-ciri Orang Beriman
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 2-4 dengan menyebutkan dari ciri-ciri orang beriman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ ٢
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang beriman adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal"
الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗ ٣
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ ٤
Artinya: "Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Bagi mereka derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia."
Sebagai salah satu sahabat Rasulullah SAW yang dikenal dengan kebijaksanaannya, Ali bin Abi Thalib sering memberikan nasihat mendalam tentang bagaimana iman seharusnya diwujudkan. Pandangan Ali bin Abi Thalib tentang iman tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga menjadi pedoman bagi umat Islam di masa kini.
Makna Iman Menurut Ali Bin Abi Thalib
Mengutip dari buku Biografi Ali bin Abi Thalib yang ditulis oleh Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi dan diterjemahkan oleh Muchlis Taman, Ali bin Abi Thalib memberikan definisi mendalam tentang makna iman. Ketika ditanya mengenai hal ini, beliau menjelaskan:
"Iman adalah ma'rifat dengan hati, pengakuan dengan lidah dan tindakan dengan anggota-anggota badan."
Menurut para ulama Ahlus Sunnah, penjelasan Ali bin Abi Thalib ini mencakup tiga pilar utama dalam iman, yaitu:
1. Keyakinan dalam hati
Iman harus dimulai dari keyakinan mendalam di hati bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Esa dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Keyakinan ini menjadi landasan awal dari semua perbuatan dan ucapan.
2. Pengucapan dengan lisan
Mengucapkan kalimat syahadat adalah bagian penting dari keimanan. Ucapan ini bukan sekadar formalitas tetapi sebagai bentuk pengakuan nyata atas keyakinan yang ada di dalam hati.
3. Amal perbuatan
Keimanan tidak hanya cukup dalam keyakinan dan ucapan, tetapi juga harus diwujudkan melalui perbuatan baik berupa amal shaleh menjadi bukti nyata dari keimanan seseorang.
Ketiga elemen ini saling melengkapi dan harus hadir untuk mewujudkan keimanan yang sejati. Iman terus bertambah dengan amal baik dan berkurang ketika seseorang melakukan dosa.
Ali bin Abi Thalib juga menggambarkan bagaimana iman dapat terlihat melalui hati seseorang. Beliau berkata:
"Keimanan muncul dalam hati manusia tampak seperti sesuatu yang berwarna putih. Semakin bertambah keimanan seseorang maka hati tersebut semakin bertambah putihnya. Dan sebaliknya, semakin bertambah nifaknya maka semakin bertambah warna hitamnya. Dan ketika sempurna kenifakan seseorang maka sempurnalah warna hitam hati tersebut. Demi Allah, seandainya engkau belah hati seorang mukmin niscaya engkau dapati ia berwarna putih. Dan seandainya engkau belah hati orang munafik dan kafir niscaya engkau dapati ia berwarna hitam."
Penjelasan ini menunjukkan bahwa hati adalah cerminan langsung dari kondisi keimanan seseorang. Jika seseorang terus berbuat baik dan menjaga iman, hatinya akan bersih dan terang. Sebaliknya, dosa dan kemunafikan akan membuat hati menjadi gelap, hingga pada akhirnya keimanan dapat hilang sama sekali.
Penerapan Iman dalam Kehidupan Sehari-hari
Iman adalah fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Tidak hanya keyakinan yang tertanam dalam hati, iman juga harus tercermin dalam sikap, ucapan, dan perbuatan sehari-hari.
Menurut sumber sebelumnya, penerapan iman memiliki empat pilar utama yang saling melengkapi yaitu sabar, yakin, keadilan, dan jihad. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana keempat pilar ini dapat diterapkan dalam kehidupan kita:
1. Sabar
Sabar adalah salah satu pilar iman yang memiliki empat cabang utama:
- Seseorang yang mendambakan surga akan mampu melupakan godaan hawa nafsu. Ia mengutamakan ketaatan kepada Allah SWT di atas segala hal.
- Rasa takut akan siksa neraka mendorong seseorang menjauhi segala perbuatan yang diharamkan.
- Orang yang zuhud memandang dunia dengan kesederhanaan dan menganggap ringan setiap musibah.
- Kesadaran akan kematian membuat seseorang bergegas melakukan amal kebaikan.
Penerapan sabar ini dapat terlihat dalam bagaimana seseorang menghadapi ujian, menahan diri dari maksiat, dan terus berjuang melakukan kebajikan.
2. Yakin
Yakin sebagai pilar iman memiliki empat cabang penting:
- Seseorang yang melihat segala sesuatu dengan cermat akan menemukan hikmah di balik setiap kejadian.
- Hikmah memberikan pelajaran yang mendalam bagi orang yang mau berpikir.
- Mereka yang memahami pelajaran akan menjadikannya panduan hidup.
- Teladan dari generasi sebelumnya memberikan petunjuk untuk menjalani kehidupan dengan baik.
Pilar ini mengajarkan kita untuk selalu berpikir jernih, memahami makna kehidupan, dan menjadikan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran.
3. Keadilan
Keadilan sebagai salah satu pilar iman, terdiri atas empat cabang:
- Pemahaman yang baik akan menghasilkan ilmu yang benar.
- Dengan ilmu, seseorang akan memahami inti dari hukum Islam.
- Memahami syariat memungkinkan seseorang untuk menegakkan kebenaran.
- Kesabaran dalam menghadapi ujian menjadikan seseorang terpuji di tengah masyarakat.
Penerapan keadilan ini dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjaga keseimbangan dalam kehidupan, tidak melampaui batas, dan menjadi teladan bagi orang lain.
4. Jihad
Jihad dalam iman tidak hanya berarti perang, tetapi juga berjuang untuk memperbaiki diri dan masyarakat. Pilar ini memiliki empat cabang:
- Orang yang menyeru kepada kebaikan berarti telah membantu sesama Muslim untuk bertakwa.
- Upaya mencegah perbuatan dosa merendahkan derajat orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT.
- Konsistensi dalam menjalani kehidupan akan dipenuhi segala kebutuhannya.
- Membenci kefasikan dan marah karena Allah SWT akan mendatangkan ridha-Nya.
Jihad dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan menjaga nilai-nilai Islam, berbuat baik, dan melawan segala bentuk kemungkaran.
Penerapan pilar-pilar ini dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya memperkuat iman, tetapi juga menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan diridhai oleh Allah SWT. Dengan menjadikan keimanan sebagai landasan hidup, seseorang dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
(inf/inf)
Komentar Terbanyak
Vasektomi Ingin Dijadikan Syarat Bansos, MUI: Haram
Israel Bak 'Neraka' Imbas Dilanda Kebakaran Hutan
Pandangan Ulama soal Vasektomi untuk Syarat Bansos