DPRD Kota Bandung mendesak agar penanganan banjir dapat dirumuskan menjadi proyek strategis daerah (PSD). Salah satu proyek yang dinilai perlu dibangun menjadi PSD adalah pembuatan situ atau danau sebagai alternatif dari kolam retensi.
Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung Andri Rusmana mengatakan masalah banjir telah menjadi bencana tahunan di Kota Bandung, terutama kawasan Bandung timur. Agar tidak terus terulang, ia meminta agar masalah banjir dapat dibahas secara intenstif di Rencana Pembanunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
"Menurut saya Pemkot Bandung perlu secepatnya menjadikan (penanggulangan) bencana banjir ini sebagai PSD dalam RPJMD, diharapkan masalah banjir tidak terus terulang setiap tahun," ungkap Andri saat dihubungi detikJabar, Kamis (13/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, banjir di kawasan Bandung timur tiap tahun bertambah keparahannya, salah satunya diakibatkan oleh pembangunan yang masif. Hal tersebut pada akhirnya mengganggu penyerapan air hujan oleh tanah.
"Banyaknya pembangunan di Kota Bandung khususnya di Bandung timur otomatis menganggu sistem penyerapan air hujan, sehingga hujan tidak terserap maksimal ke dalam tanah. Air juga tidak tertampung di sekolan dan sungai," paparnya. Hal tersebutlah yang kemudian menyebabkan air tumpah ke pemukiman warga menjadi genangan yang tak kunjung surut.
Opsi Membangun Situ
Untuk menanggulangi banjir dan mempercepat surutnya genangan air, Pemerintah Kota Bandung hingga saat ini telah membangun total 14 kolam retensi sebagai tempat transit air hujan ketika sungai meluap. Terbaru adalah kolam retensi Gedebage yang dibangun dengan anggaran mencapai Rp14 miliar. Kolam tersebut mampu menampung hingga 7 ribu meter kubik air.
Namun, kolam retensi Gedebage belum mampu menyerap seluruh titik genangan yang ada di kawasan tersebut. Ada sekitar 6 titik genangan lagi dengan volume sekitar 17 ribu meter kubik yang belum dapat tertangani.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan agar seluruh titik genangan dapat tertampung, maka perlu dibuat lebih banyak lagi kolam retensi. Dengan catatan, daerah aliran sungai (DAS) sekitarnya tidak bertambah rusak.
"Kolam retensi ini bukannya tidak efektif, tapi ya genangannya masih lebih besar dari tampungan. Kalau di hulu tidak ada kerusakan yang masif, seharusnya sih (banjir) bisa beres," ungkap Didi saat ditemui saat peresmian kolam retensi Gedebage 5 Februari lalu.
Terkait hal ini, Andri mengatakan bahwa penambahan kolam retensi harus dipertimbangkan secara matang. Sebagai opsi, ia mengusulkan pembuatan danau atau situ untuk menampung air hujan yang bisa dirumuskan sebagai PSD dalam RPJMD Kota Bandung.
"Saran saya lebih baik buat situ saja untuk daerah Bandung TImur, apalagi di daerah Gedebage masih banyak lahan kosong. Buat situ dengan luas 100-150 hektar, nanti semua selokan di Bandung Timur bisa bermuara di situ tersebut. Mungkin seperti di Situ Ciburuy Padalarang," jelasnya.
Bila terwujud, dia mengatakan, situ ini nantinya bisa dimanfaatkan sebagai sumber pengairan untuk sawah dan kebun, hinga dimaksimalkan sebagai tempat wisata. Selain itu, masterplan dari drainase selokan-selokan yang mengalir ke situ ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain.
"Jadi walaupun anggarannya besar bisa jelas hasilnya, daripada membuat kolam retensi lagi. Anggaran sama besar tapi fungsi kuran maksimal," usulnya.
Selain membuat situ, Andri mengatakan, ia juga mengimbau agar Pemkot Bandung dapat menggandeng universitas untuk menyeselaikan permasalahan banjir.
Sebelumnya diberitakan, banjir menggenangi ratusan rumah warga di Jalan Simpang Tiga Derwati, Kelurahan Rancabolang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Banjir yang merendam lima RT tersebut tidak kunjung surut selama tiga hari.
Pantauan detikJabar, Rabu (5/3/2025) pagi sekitar Pukul 09.30 WIB ketinggian air di kawasan tersebut dari mulai betis hingga lutut orang dewasa, atau sekitar 60 sentimeter. Jalan-jalan gang belum dapat dilintasi sepeda motor, warga yang beraktivitas keluar rumah harus menerobos genangan banjir.
Terdapat puluhan KK yang rumahnya terendam di kawasan tersebut. Warga menilai banjir ini sebagai yang paling parah dalam lima tahun terakhir.
(sud/sud)